LOUIS VUITTON PEMBUAT TAS KELAS DUNIA YANG PERNAH MENJADI TUNAWISMA DAN HIDUP MISKIN

 

Bagaimana Kisah Louis Vuitton Pembuat Tas Kelas Dunia yang pernah menjadi Tunawisma dan Hidup Miskin ?



Bagi sobat pecinta produk fashion pasti sudah familiar dengan salah satu brand terkenal dunia, Louis Vuitton. Sebuah brand yang kental dengan nuansa mewah ini memang memang menjadi incaran kalangan sosialita. 

Sejak abad ke-19, Louis Vuitton memproduksi koper dengan kualitas terbaik. Kemudian setelah itu diperkenalkan tas-tas yang ikonik termasuk tas Speedy dan tas Neverfull, hingga saat ini produk-produk Louis Vuitton terdiri dari berbagai macam bukan hanya tas saja. Terdapat juga baju, tas, sepatu, jam, parfum hingga aksesoris fashion lainnya.

Louis Vuitton kini dikenal sebagai sebuah nama merek fashion mewah dan besar di dunia. Produknya pun sudah tersebar di hampir seluruh dunia dan banyak digunakan oleh mereka yang menyukai kemewahan terutama kalangan artis, sosialita maupun para pengusaha kaya.

Louis Vuitton memiliki sekitar 460 toko di 50 negara. Tokonya yang terbesar terletak di 101 avenue des Champs-Elysees, Paris, Prancis dengan luas sekitar 1800 meter persegi. Kemudian, di Nevada, Amerika Serikat, Louis Vuitton memiliki lima butik resmi di jajaran jalan yang sama. 

Dan yang terunik terletak di Singapura yang kini menjadi bagian dari ikon wilayah Marina Bay Sands. Toko tersebut memiliki toko buku, tempat relaksasi, galeri, hingga terowongan bawah laut yang mengarah ke hotel dan mal Marina Bay Sands. 
Woman

Bengkel asli telah diperluas sepanjang dekade - termasuk penambahan tempat tinggal keluarga Vuitton - tetapi masih di mana produk dibuat hari ini. Sementara rumah keluarga telah dilestarikan dan merupakan bagian dari museum pribadi, 

170 pengrajin bekerja di bengkel Asnières, merancang dan membuat barang-barang kulit dan pesanan khusus untuk klien di seluruh dunia.

Tokoh-tokoh dunia Hélène Rochas, dan keluarga Rothschild semuanya memakai koper Louis Vuitton. Lemari pakaian Duke dan Duchess of Windsor memiliki banyak ruang untuk mengemas pakaian mereka untuk acara-acara mewah selama perjalanan.

Merek ini telah bereksperimen dengan beragam lapisan utama selama bertahun-tahun: minyak rami abu-abu Trianon padat, kain bergaris merah, kanvas kotak-kotak Damier, dan kanvas monogram klasik.

Pajangan jendela etalase Louis Vuitton adalah bentuk seni mereka sendiri. Di dalam, toko-toko juga menjadi tuan rumah karya seni, termasuk karya seniman seperti Fabrizio Plessi, Xavier Wilhan, dan Olafur Eliasson.



10 Fakta Unik Produk Louis Vuitton Pembuat Tas Kelas Dunia yang pernah menjadi Tunawisma dan Hidup Miskin 





1. Tas Termahal Di Dunia

Louis Vuitton (LV) merupakan merek tas mewah paling populer di dunia selama lebih dari satu dekade, sebuah tas seri limited edition Louise Vuitton bisa dibanderol dengan harga US$ 55.000 atau setara miliaran rupiah, itu sekitar 175 kali lebih mahal daripada rata-rata harga tas biasa di Amerika Serikat (AS).

Salah satu produk fashion terpopuler dan termahal yang pernah diluncurkan Louis Vuitton adalah Kusama Pumpkin Minaudiere yang dibandrol hingga US$ 133.400 atau setara Rp 1,57 miliar. 

Meski harganya melambung tinggi, lima tas karya desainer ternama Yayoi Kusama itu terjual habis.

Mengapa tas ini sangat mahal ? Hal ini karena biaya pembuatannya yang sangat tinggi. Selain itu, tas ini diproduksi di Perancis dan dibuat oleh pengrajin berpengalaman dari Eropa dan Amerika. 

Bahan yang digunakan juga sangat mahal. dan produk-produknya juga masih dijahit dengan menggunakan tangan atau mesin jahit biasa hingga sekarang.

2. Dari Tas hingga Produk Toilet

Sekarang ini produknya sudah banyak dan logo LV telah banyak dipakai di berbagai produk mulai dari tas, baju, sepatu, perhiasan hingga toilet. 

3. Jumlahnya dibatasi

Lebih lanjut, produk Louise Vuitton ternyata hanya dibuat sedikit saja alias terbatas. Itu membuat harganya semakin lama semakin mahal. Membuat persediaan yang terbatas juga sengaja dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah tas dijual dengan harga murah atau didiskon. 

Setiap musim Louis Vuitton memproduksi tas edisi terbatas yang langka yang umumnya hanya tersedia melalui pemesanan di toko Louis Vuitton yang lebih besar. Semua produk perusahaan mempunyai logo inisial LV yang identik.

4. Anti Diskon 

Louis Vuitton tidak akan pernah memberikan harga diskon pada barang-barang yang mereka produksi. Seperti poin sebelumnya, jika barang tak terjual, maka diskon bukanlah solusi. 

Louise Vuitton menjadi satu-satunya merek yang tidak pernah menjual barangnya dengan harga diskon.

5. Brand paling berharga didunia

Merek Louis Vuitton dan monogram LV menjadi salah satu merek paling berharga di dunia, hal ini didasarkan pada studi dari Millward Brown tahun 2010. Louis Vuitton menjadi brand atau merek paling berharga pada abad ke 19 di dunia, tepatnya setelah Gillette dan sebelum munculnya merk Wells Fargo. 

Merek Louis Vuitton kala itu diperkirakan bernilai lebih dari US $ 19 miliar dan Selama enam tahun berturut-turut, Louis Vuitton menjadi merk nomor satu dari sepuluh daftar merek paling besar yang diterbitkan oleh studi BrandZ tahun 2011.

6. Kontrol Kualitas Paling Ketat

Perusahaan Louis Vuitton memasarkan produknya melalui tokonya sendiri yang tersebar di seluruh dunia, yang memungkinkannya untuk mengontrol kualitas dan harga produk. Ini juga memungkinkan LV untuk mencegah munculnya produk palsu. Selain itu, perusahaan mendistribusikan produknya melalui situs web perusahaan itu sendiri melalui

7. Uji Ketahanan Bahan Tas Paling Mengerikan 

Tahukah Anda bahwa proses quality check dari tas Louis Vuitton melalui proses yang sangat panjang? Sebelum dijual, tas Louis Vuitton harus melalui tes ketahanan seperti dimasukkan benda berat seberat 3,5 kg dan dijatuhkan dari ketinggian setengah meter selama empat hari berturut-turut. Tidak sampai di situ, zipper dari tasnya pun harus terus menerus dibuka-tutup sebanyak 5,000 kali untuk memastikan ketahanannya. Wow! 

8. Daripada Diskon lebih baik di bakar 

Fakta yang satu ini mungkin akan menyakitkan bagi sebagian Anda. Semua tas dan sepatu Louis Vuitton yang tak terjual, akan dikembalikan ke pabrik di Prancis, lalu dihancurkan dan dibakar. 

Menyakitkan, bukan? Ya, hal ini harus dilakukan untuk memastikan imej brand Louis Vuitton agar tetap eksklusif.  

9. Skill Pembuatan Tingkat Tinggi 

Semua tas Louis Vuitton dibuat secara handmade-atau murni keahlian tangan. Kabarnya, dibutuhkan waktu satu minggu untuk membuat satu tas. 

10  Sistem Anti Pemalsuan

Monogram populer Louis Vuitton dipopulerkan oleh anak Louis Vuitton yang bernama Georges Vuitton. Monogram tersebut dibuat untuk menghindari segala bentuk plagiarisme dari perusahaan lain terhadap brand Louis Vuitton.  



Biografi Louis Vuitton Pembuat Tas Kelas Dunia yang pernah menjadi Tunawisma dan Hidup Miskin 



Profil dan Biografi Louis Vuitton. Nama merek Louis Vuitton diambil dari nama pendirinya yakni Louis Vuitton Malletier. Namun siapa sangka Pendiri Louis Vuitton ini dulunya hidup amat melarat sebelum sukses menciptakan brand paling terkenal dan termewah di dunia.


Nama
Louis Vuitton Malletier
Lahir
Prancis, 4 August 1821
Wafat
Prancis, 27 February 1892
Orang Tua
Xavier Vuitton (ayah),
Corinne Gaillard (ibu)
Istri
Clemence-Emilie Parriaux
Anak
Georges Vuitton
Jabatan
Pendiri 
Brand
Louis Vuitton




Sejarah Louis Vuitton Pembuat Tas Kelas Dunia yang pernah menjadi Tunawisma dan Hidup Miskin 

1821 Kelahiran dari Keluarga yag sederhana



Takdir Kehidupan Perancang dan pengusaha kelas dunia ini dimulai sejak Ia dilahirkan dari saorang ibunya Corinne Gaillard yang bekerja seorang pembuat topi perempuan dan Ayahnya yang bernama Xavier Vuitton yang berprofesi sebagai seorang petani, pada 4 Agustus 1821 di Anchay sebuah desa kecil di pegunungan Perancis bagian timur.

Mereka hidup di bawah garis kemiskinan bersama para pekerja kelas bawah lainnya, berasal dari nenek moyang yang berasal dari kelas pekerja keluarga kecil Vuitton pada saat itu berprofesi sebagai tukang kayu, pembuat mebel, petani, dan pembuat topi perempuan.

1831 Ibu Tiri yang Kejam 

Dia tumbuh sebagai anak-anak normal lainnya, sampai akhirnya tragedi menimpa keluarganya, hingga pada usia 10 tahun, Vuitton kehilangan ibunya, setelah itu, ayahnya kembali menikah, tak banyak yang berubah dari keseharian Vuitton selain membantu ayahnya bekerja. 

Namun sayang nasib buruk menimpanya karena perlakuan kasar yang dilakukan oleh Ibu tirinya begitu kejam selama 4 tahun lamanya 

1835 Pergi Ke Paris Mengadu Nasib Dengan Jalan Kaki 



Hingga pada suatu hari di tahun 1835, Vuitton yang saat itu hanya bertahan pada kekejaman Ibu Tirinya pada akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah dan mencoba mengadu nasibnya di Paris yang berjarak lebih dari 292 mil (470 km) dari kampung halamannya.

Diusianya yang baru 14 tahun Louis kecil menempuh perjalanan ke Paris dengan berjalan kaki dan menghabiskan waktu selama 2 tahun, dan hl ini tentu saja ini tidak mudah bagi seorang remaja yang masih berusia di bawah 17 tahun hidup sendiri tanpa pekerjaan. 

Perlu waktu dua tahun baginya untuk sampai ke Paris sehingga membuatnya menjadi tunawisma, hingga sesekali, ia harus berhenti berjalan dan bekerja serabutan untuk mempertahankan hidupnya dan di sepanjang perjalanan, Vuitton menekuni beberapa pekerjaan untuk mengumpulkan uang guna memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Dia juga memilih beristirahat di tempat penampungan yang bisa ditemukan dalam pengembaraannya.

1837 Tiba Di kota Paris setelah menempuh perjalanan selama 2 tahun





Hingga pada akhirnya perjalanan panjangnya berakhir hingga ia sampai di Paris pada tahun 1837 di usia 16 tahun, di kota itu kemiskinan sedang merajalela sehingga iapun harus hidup menggelandang atau tunawisma yang tidur dari tempat ke tempat lain, namun tidak hanya itu disisi lain pemandangan kota itu dikelilingi oleh berbagai dampak dari revolusi industri.

Kota Paris kala itu juga sedang berubah karena terjadinya revolusi Industri, Pada saat itu, kereta kuda, perahu dan kereta api adalah moda transportasi utama, namun sayang untuk masalah bagasi saat itu masih ditangani secara kasar, sehingga banyak pendatang yang ingin melindungi barang bawaannya mencari pengrajin untuk berkemas dan melindungi benda masing-masing.

Disaat itu moda transportasi saat itu sedang berkembang dengan cepat memungkinkan perjalanan yang lebih lama, maka dengan adanya kondisi ini maka menimbulkan kebutuhan akan tempat barang yang kokoh guna melindungi barang bawaan diperjalanan, maka terciptalah bengkel pembuatan tas yang bertugas membuat tas untuk penyimpanan barang, 

Salah satu bengkel yang terbesar adalah bengkel yang bernama Monsieur Marechal, melihat peluang ini Louis Vuitton kemudian memanfaatkan keadaan kemudian memutuskan untuk melamar pekerjaan hijgga akhirnya diterima bekerja atau magang di bengkel pembuat koper atau kotak setelah cukup lama menggelandang, 

Di Eropa memasuki awal abad ke-19, pekerjaan sebagai pengasrajin pembuatan koper atau box adalah industri kerajinan yang sangat terhormat dan memiliki penggemar yang khusus, hanya butuh beberapa tahun bagi Louis Vuitton untuk mendapatkan reputasi sebagai salah satu praktisi dibidang kerajinan koper di kota Paris.

1852 Menjadi Staff Istri Napoleon Bonaparte 



Louis Vuitton mengawali karier sebagai pembuat koper, kemampuannya diakui banyak orang. reputasinya meningkat dan namanya semakin dikenal sebagai pengrajin terhormat. Karena ketrampilannya tersebut, 

Hingga pada suatu hari ia ditunjuk sebagai staf khusus yang untuk membuat secara khusus kotak penyimpanan untuk gaun-gaun milik Eugenie de Montijo, yang merupakan istri dari Napoleon Bonaparte III, Kaisar Prancis.

Permaisuri Perancis inilah yang menjadi jembatan baginya untuk berkenalan dengan para kalangan elit dan kerajaan lain yang kemudian menjadi pelanggan tetapnya hingga sisa kariernya.

1854 Pernikahan dan Toko Pertama Lousi Vuiton 





Selama bertahun-tahun setelah ia menguasai keahliannya dan menjadi sangat dihormati karenanya, hingga saat Louis Vuitton yang saat itu berusia 33 tahun kemudian menikah dengan Clemence-Emilie Parriaux yang ketika itu berusia 17 tahun,

Setelah menikah, Louis Vuitton meninggalkan toko Marechal tempatnya bekerja.dan memberanikan diri untuk membuka toko di Rue Neuve des Capucines dekat Place Vendome, kota Paris dan kemudian memulai bisnis pembuatan kotaknya sendiri

Disana ia bertekat buat dan memantapkan dirinya sebagai pembuat koper, maka sejak itu maka dimulailah sejarah dari merk Louis Vuittonpun dimulai.

Di depan tokonya, ia menuliskan: Kotak buatanku bisa menyimpan barang-barang paling rapuh dengan sangat aman, terutama untuk produk fesyen. Vuitton membuat kotak penyimpanan berbentuk persegi dengan berbagai ukuran. Materialnya terbuat dari kulit dan kanvas. 

1859 Bengkel Tas Pertama 


Setelah membuka toko pertamanya Louis Vuitton memindahkan bengkelnya ke Asnières-sur-Seine, barat laut kota. Para pengrajin mulai membuat koper di sana dan mengembangkan bagasi abu-abu asli dengan merek datar dan kemudian melengkapi ekspedisi Prancis dengan perlengkapan perjalanan. 

Di atas bengkel itu ada sebuah loteng tempat keluarga Vuitton tinggal agar tetap dekat dengan produksi. Kemudian mereka pindah ke rumah bergaya Art Nouveau di sebelahnya.

1858 Terciptanya Travel Bag 

Kemudian, pada tahun 1858, Vuitton merancang Tas khusus untuk bagasi kapal uap pertama, karena pada saat ini batang pohon telah dibulatkan ke atas untuk memungkinkan air mengalir, tetapi ini tidak memungkinkan penyimpanan yang nyaman. Vuitton memperkenalkan koper datar, namun tahan air, yang mudah ditumpuk. Yang pertama dari kopernya dilengkapi dengan kanvas abu-abu yang disebut Trianon.

Sejak itu terciptalah sebuah travel bag atau koper dengan desain yang ringan, tahan lama serta kedap air denngan pegangan koper yang berbentuk bundar dan tahan air berbentuk persegi panjang ke pasar yang memiliki bagian atas yang bundar yang memiliki tepian besi dan kayu. 

Bukan sebuah koper yang dilapisi kulit, koper ini justru dilapisi kanvas Trianon abu-abu yang sangat kuat, kedap udara, dan kedap terhadap air. Tak butuh waktu lama untuk produk ini menjadi terkenal di Paris karena keefektifannya saat ditumpuk selama pelayaran di masa itu.

Permintaan ini kemudian memacu banyak permintaan akan produknya. Sehingga hal ini membuat ia melakukan ekspansi dengan membuka bengkel baru yang lebih besar di luar kota Paris.

1959 Memiliki 20 Karyawan 

Kesuksesan awal Louis Vuitton berarti dia harus memperluas operasinya dan ia memindahkan keluarga dan tempat kerjanya ke atelier di Asnières di timur laut pusat kota Paris, pada awalnya bengkel tasnya memperkerjakan 20 karyawan hingga bisnis itu kemudian terus berkembang.

1867 Pameran Universal Paris 

Demi melindungi hak cipta dan desain produk koper kanvas tersebut, Vuitton ikut berpartisipasi dalam Pameran Universal di Paris pada tahun 1867. 

1876 Triagnon 





Setelah bertahun-tahun sukses, Vuitton mulai bereksperimen dengan desain kopernya dengan memperkenalkan pola kanvas bergaris baru yang terbuat dari kotak kayu yang bernama Trianon.

1885 Membuka Cabang di London Inggris 





Perusahaannya yang semakin besar kemudian pada 1885, perusahaan Louis Vuitton membuka toko pertamanya luar Prancis di London di wilayah Oxford Street.

Vuitton kemudian membuat desain tambahan berupa garis krem dan coklat. Sejak pameran itu, perusahaan Vuitton terus berkembang pesat hingga tiba di tahun 1885, perusahaan memberanikan diri untuk berekspansi ke Oxford, London.

1888 Pola Kanvas Damier, 

Tidak lama setelah itu, karena imitasi produk yang terus-menerus dari koper atau kotak penyimpanannya membuat Vuitton menciptakan pola Kanvas Damier, dengan logo yang bertulisan “marque L. Vuitton déposée”, yang kemudian dikenal dengan L. Vuitton.

1886 Menggunakan Kunci Pengaman 

Pada tahun 1886, putranya George menemukan dan mematenkan sistem penguncian yang cerdik yang mengubah bagasi perjalanan menjadi peti harta karun nyata karena membuatnya mustahil untuk mengambil kunci dari koper mereka dan kunci ini masih digunakan sampai sekarang.

Mereka mengadopsi sistem kunci tunggal dengan dua gesper pegas. Setelah beberapa tahun pengembangan, George mematenkan sistem revolusioner ini dan itu sangat efektif, bahkan untuk membuktikan sisttem keamanan kunci tasnya yang dinilai sangat tinggi. 

Kemudian ia menantang Harry Houdini, seorang pesulap yang legendaris saat itu di Amerika yang hebat, di sebuah surat kabar umum untuk melepaskan diri dari kotak dan kunci Vuitton. Houdini tidak menghadapi tantangan, tetapi efektivitas kunci tidak dapat disangkal. Itu masih digunakan sampai sekarang.

1892 Menginggalnya Sang Legenda Louis Vuitton 27 Februari 

Bersamaan dengan hadirnya sebuah produk baru dengan pola Kanvas Damier bertuliskan “marque L. Vuitton depose” atau jika diartikan “merek dagang Louis Vuitton”. Di sinilah sebuah brand bernama Louis Vuitton dilahirkan. Namun tak selang lama dari itu.

Louis Vuitton terus bekerja hingga kematiannya di usia 70 tahun pada tanggal 27 Februari 1892 dan selanjutnya perusahaannya dialihkan ke putranya yang bernama Georges Vuitton yang menjadi kepala baru rumah mewah dan mengambil alih kendali perusahaan serta melakukan ekspansi besar-besaran.





Perkembangan Brand Louis Vuitton 1893

Setelah kematian ayahnya, Georges Vuitton memulai langkah membangun perusahaan menjadi perusahaan fashion yang terkenal di seluruh dunia. Ia mulai memamerkan produk-produk Louis Vuitton di Pameran Dunia di Chicago pada tahun 1893.

Terciptanya Logo LV Monogram 1896




Untuk menghormati mendiang ayahnya yang meninggal pada tahun 1892, George Vuitton, anak dari Louise Vuitton, menciptakan monogram iconic Louise Vuitton yang disingkat menjadi "LV" dengan motif bunga pada tahun 1896, yang kemudian dijadikan menjadi Logo yang di patenkan hingga kini menjadi logo kebanggaan keluarga Louis Vuitton.

Sebuah desain tas kanvas monogram yang hingga saat ini dikenal sebagai ciri khas dari produk-produk Louis Vuitton, maka demi mencegah peniruan di kalangan pihak-pihak tak bertanggung jawab, desain grafis berupa quatrefoils dan bunga dengan dominansi warna coklat itu berhasil dipatenkan pada tahun 1896.

Louis Vuitton karena craftmanship dan kualitas-kualitas produknya sehingga membuat banyak perusahaan lain turut menjiplak desain dan ciri khas mereka, maka dalam menghadapi masalah hal ini logo itu kemudian dikembangkan menjadi ikon monogram yang di kenal di kalangan pelanggan elit yang kemudian terbukti berhasil menghentikan pemalsuan produknya.

Pola ini begitu ikonis dan sudah melekat selama 123 tahun dalam desain-desain Louis Vuitton, bagaimana tidak ? Monogram yang terdiri dari huruf L dan V yang saling bertautan, pola bunga dengan empat kelopak, dan pola organic bergaya trefoil, dari inspirasi perpaduan gaya Jepang dan desain oriental pada era Victoria ini seringkali menjadi simbol ‘kelas’ dalam lingkungan sosial.  

Pada tahun yang sama Georges Vuitton berkomitmen untuk terus mengembangkan bisnis ayahnya hingga dapat dilihat mata dunia. Hal ini dibuktikkannya pada sebuah kampanye skala internasional pada tahun 1893 di Chicago World’s Fair untuk mengenalkan perusahaannya, disana dia melakukan tur kota-kota seperti New York, Philadelphia, dan Chicago.

1900 Memiliki 100 karyawan

Pada 1900 ia akan memiliki 100 karyawan, dimasa itu pelanggan mereka seringkali membawa berbagai barang di dalam lemari pakaian dan biasa ditaruh di dalam kamar / flat, namun sayangn hal ini justru sering kali menarik perhatian para pencuri yang mengitai barang bawaan mereka.

Oleh karena maraknya kasus pencurian tersebut maka mereka meminta Louis Vuitton untuk membantu kliennya itu dengan membuat tas yang memmiliki kunci, sehingga membuatnya menjadi lebih aman dari kejahatan pencurian karena mampu melindungi barang-barang di dalam barang-barang perjalanan mereka.

1901 Munculnya Steamer Bag





Pada tahun 1901, Perusahaan Louis Vuitton memperkenalkan Steamer Bag, sebuah barang kecil yang dirancang untuk disimpan di dalam koper buatan mereka.


1913 Gedung Louis Vuitton





Georges berhasil membuka Gedung Louis Vuitton di Champs-Elyess yang merupakan sebuah toko produk-produk tas terbesar di dunia pada saat itu. Tak butuh waktu lama, toko-toko lainnya juga berhasil di buka di London, New York, Bombay, Washington, Alexandria, dan Buenos Aires 

Hal ini bertepatan dengan dimulainya masa Perang Dunia I.

1914 Jumlah Karyawan menjadi 225 orang

Pada 1914 perusahaan itu akan bertambah lebih dari dua kali lipat, hingga mencapai 225 karyawan


1925 "Alma" Pesanan Khusus Coco Channel





Kepopuleran karya tas Louis Vuitton pada akhirnya menarik perhatian salah satu ikon fashion tingkat dunia saat itu yang bernama Gabrielle "Coco" Chanel dan kemudian menginspirasi Louis Vuitton untuk mendesain secara khusus sebuah tas atas permintaan pribadi Coco Chanel. 

Maka terciptalah jenis Tas baru yang bernama 'Alma' dan tas inilah yang kemudian menjadi satu-satuya tas yang pernah dijinjing Coco Chanel, selain mereknya sendiri bentuknya yang unik, cantik, dan feminin ini digandrungi oleh setiap perempuan hingga saat ini.

Tidak hanya itu Louis Vuitton juga pernah mendesain koper untuk Coco Chanel yang disesuaikan dengan kebutuhannya dan dibuat seukuran dengan panjang baju dengan menggunakan sekat-sekat panjang agar baju yang setiap saat dibawa Coco akan selalu tetap rapi.

1930 Noe sampanye Bag





Georges mengenalkan sebuah tas yang khusus digunakan untuk membawa sampanye, diberi nama tas Noe bersamaan dengan rilisnya tas Louis Vuitton Speedy. 

Pada periode ini memang ada banyak produk tas baru dari Louis Vuitton yang berhasil menarik perhatian pasar internasional, terutama untuk mendukung kebutuhan saat perang, sehingga tak heran jika produk-produk tas dari Louis Vuitton banyak dilirik oleh kalangan bangsawan. 


1932 Tas Model Speedy Lahir



Selama 1932, LV memperkenalkan tas Noe. Tas ini awalnya dibuat untuk penjual anggur sampanye untuk mengangkut botol anggur mereka. Segera setelah itu, tas Louis Vuitton dengan nama Speedy diperkenalkan, pada mulanya sebenarnya diciptakan untuk boks atau koper traveling. 

Namun, suatu saat Audrey Hepburn, bintang film sekaligus ikon fashion, menelepon pihak Louis Vuitton dan memohon untuk dibuatkan versi mini dari Speedy tersebut. Sontak, kepopuleran tas Speedy ini memuncak dan jadi model tas Louis Vuitton paling populer hingga sekarang.

Sejak hari itu angka permintaan akan tas-tas ini meningkat secara luar biasa, sehingga membuat banyak celebriti lain yang ingin dibuatkan dalam berbagai versi, bahan dan ukuran yang beragam sesuai kebutuhan.

Baru pada tahun 1934 dia mengizinkan merek tas Alma untuk diproduksi secara massal untuk masyarakat umum dimana tas itu dirancang ulang untuk menjadi lebih kompak dan ramping untuk penggunaan sehari-hari dan dijuluki Squire sampai diganti namanya menjadi Alma pada tahun 1955. 

1936 Meninggalnya Georges Vuitton





Di tahun 1936, Georges Vuitton meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Gaston-Louis Vuitton sebagai generasi ketiga di Louis Vuitton Company.

Selama masa jabatan 50 tahun Gaston Louis Vuitton mulai memasukkan kulit ke dalam produk-produknya dan mengubah kanvas monogram tanda tangan mereka untuk digunakan dengan motif dan gaya

1966 Produk Tas & Dompet Menjadi Terkenal





Mitos generasi ketiga dibantahkan oleh Gaston-Louis Vuitton yang justru dapat mengembangkan perusahaan ke arah yang lebih baik, dimana ia memasukkan produk berbahan kulit seperti tas dan dompet. 

Dirinya juga menerbitkan sebuah tas silinder yang hingga saat ini masih cukup populer bernama Papillon di tahun 1966. 

1970  Henry Racamier




Ketika Gaston-Louis lulus pada tahun 1970, menantunya, Henry Racamier, mengambil alih manajemen perusahaan. 

1977 Cabang Jepang





Gaston berhasil meraih pendapatan perusahaan mencapai 70 juta Franc di tahun 1977 atau setara dengan US $14,27 juta. Gaston membawa perusahaannya ke Osaka dan Tokyo, Jepang, dengan mendirikan sebuah butik Louis Vuitton.


1980 Iklan di Dunia Film





Pada tahun 80-an, memang produk-produk Louis Vuitton lebih banyak dipasarkan melalui papan-papan reklame pinggiran jalan besar dan majalah. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan ini bahkan membuat iklan tidak hanya tayang di televisi saja, tapi juga di layar bioskop. Sebuah terobosan yang sangat inovatif pada saat itu.

1983 Korea & Seoul





Tahun-tahun terbaik bagi perusahaan Louis Vuitton atau yang sering disebut “LV” ini di mana mereka dapat memperluas brand-nya hingga ke tanah Asia, dimulai dari Taipei, Taiwan pada tahun 1983 dan Seoul, 

1984 Korea Selatan

Korea Selatan pada tahun 1984. Hingga memasuki tahun 1988, keuntungan Louis Vuitton berhasil meningkat 49% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. 

1984 Publik

Atas desakan direktur keuangan Joseph Lafont, menjadi diperdagangkan secara publik pada tahun 1984. 

1987 produsen sampanye dan cognac


Henry menyadari perlunya untuk memperluas jejak merek dan mendorong untuk membuka lokasi ritel di seluruh dunia dan keputusan ini akan membuka jalan bagi penciptaan orang tua akhirnya. konglomerat. 

Dengan Louis Vuitton sebagai perusahaan utama untuk barang-barang mewah, dapat dipastikan bahwa mereka akan menyelaraskan diri dengan produsen sampanye dan cognac terkemuka, Moet et Chandon dan Hennessy, masing-masing, sehingga menciptakan konglomerat LVMH pada tahun 1987.

1989 Mendunia

Sehingga di tahun 1989, 130 butik Louis Vuitton sudah dioperasikan di berbagai wilayah di dunia.

1992 Pasar China



Sejak Yves Carcelle ditunjuk menjadi presiden LV di tahun 1992, perusahaan ini juga turut merambah pasar China dengan mendirikan butiknya di Palace Hotel di Beijing. Koleksi tas kulit Taiga dan Voyager Avec diperkenalkan di butik baru tersebut. 

Strategi ini cukup sukses di China, salah satu pasar paling penting bagi Louise Vuitton. Merek ini pertama kali memasuki China pada tahun 1992 dan menjadi merek mewah asing pertama yang mendirikan toko fisik di China.

Kesuksesan Louise Vuitton juga tidak lepas dari peran Bernard Arnold yang menjabat sebagai CEO dari LVMH. Pada saat itu, China juga sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat di mana banyak warga middle class yang semakin kaya dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Hal itu membuat China menjadi pasar yang cukup menjanjikan untuk merek mewah.

1996 HUT ke-100 Monogram





Merek meminta enam desainer untuk membuat karya asli untuk merayakan kanvas ikon yang dibuat lebih dari seabad yang lalu: Monogram.

Untuk merayakan ulang tahun ke-100 kanvas Monogram pada tahun 1996, Louis Vuitton mengundang desainer terpilih untuk membuat barang-barang unik. Koleksi yang dihasilkan kemudian dipamerkan di ibukota-ibukota besar dunia, membawa semangat inovasi dan kolaborasi merek untuk para pecinta mode di seluruh dunia.

1997 Dibawah Tekanan

Perusahaan LV masih terus stabil hingga Marc Jacobs menjadi Direktur Artistik pada tahun 1997. Awal ekspansi LV ke pasar internasional pada masa generasi kedua memang tak banyak mengalami kendala. 

LV menunjukkan kestabilannya dalam hal penjualan dan kondisi finansial. Apalagi, perusahaan ini juga pernah menjalin kerja sama dengan pemerintahan Nazi pada masa Perang Dunia II. Sehingga tak sulit bagi LV untuk unjuk gigi di dunia mode kelas mewah di ajang Internasional.

2001 Model & Iklan



Persaingan yang ketat di dunia mode fashion tentu saja pernah menghantui perusahaan Louis Vuitton. Apalagi mulai periode tahun 2001, sudah banyak produk-produk dari brand lain yang juga sedang berkembang pesat. 

Demi mempertahankan eksistensinya di tengah ancaman brand yang tak kalah mewah seperti Hermes dan Gucci, Louis Vuitton punya strategi sendiri untuk bertahan di pasar. LV menggandeng model, musisi, dan aktor kelas dunia 

Seperti Jennifer Lopez, Madonna, Keith Richards, Sean Connert, Matthias Schoenaerts, Michelle Williams, Angelina Jolie, Hayden Christensen, Jeniffer Connely, Giesele Bundchen, dan tak ketinggalan David Bowie di program kampanye produk Louis Vuitton.


2007 Pemimpin Rusia



Tak tanggung-tanggung, di tahun 2007, LV menghadirkan mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dalam sebuah iklan bersama dengan Catherine Deneuve dan Steffi Graf. Beberapa rapper terkenal seperti Bihemia, Kanye Wes, Wiz Khalifa, dan Juicy J juga ikut berpartisipasi dalam memasarkan Louis Vuitton melalui lagu-lagu mereka.


2013 460 Toko

di kancah internasional dengan nilai mencapai US $ 28,4 miliar serta keuntungan bersih US$ 9,4 miliar dengan operasi di 50 negara dengan lebih dari 460 toko tentu saja bukanlah pencapaian yang mudah. Apalagi kekayaan yang dicapai pendiri brand ini bukanlah berasal dari warisan keluarga ini


2017 Hollywood



Sejak tahun 2007 Louis Vuitton bekerja sama dengan berbagai selebriti seperti Angelina Jolie, Bono, Scarlett Johannson, dan Jennifer Lopez dalam kampanye produk. Marc juga menjalin kerja sama dengan seniman. Kolaborasi tersebut membuat Louis Vuitton menjadi salah satu label premium yang paling berharga selama tujuh tahun berturut-turut, menurut studi dari Millward Brown Optimor.

Pada tahun 2017, Louis Vuitton menyebut labelnya meraih keuntungan 13% dari sektor Fashion & Leather Goods. Perusahaan ini sekarang sudah tak lagi memproduksi peti penyimpanan berukuran besar seperti dulu. Tapi, sejarah itu dijadikan inspirasi Nicolas Ghesquiere, direktur kreatif Louis Vuitton, untuk membuat tas tangan.

Hermes, produk fesyen mewah lain, juga punya asal-usul yang amat berbeda dibanding produknya hari ini. Artikel From Hermès to Eternity mengisahkan Hermès awalnya adalah bisnis keluarga. Thierry Hermès memulai usaha perlengkapan bagi kuda sebagai moda transportasi. Ia mengutamakan keterampilan tangan untuk membuat setiap perlengkapan yang berasal dari kulit dan besi. Klien Hermès ialah anggota kerajaan dan bangsawan Prancis.

Ekspansi bisnis pertama yang mereka lakukan ialah membuat pelana kuda. Hermès melayani pesanan pelana untuk momen penobatan anggota kerajaan. Vanity Fair menulis bahwa tak jarang momen penobatan tersebut ditunda lantaran pelana belum selesai dikerjakan. Hermès tidak mau kompromi soal kualitas, meski itu harus memakan waktu lama.

Perubahan kebutuhan terhadap kuda sebagai moda transportasi membuat label Hermès melakukan ekspansi produk kedua. Tas adalah salah satunya. Di awal produksi, Hermès tetap mengutamakan keterampilan perajin. Satu tas Birkin dibuat dalam waktu 25 jam. Dalam satu minggu, rumah mode tersebut hanya membuat lima tas yang akan disebar di berbagai negara. Keterampilan tangan tersebut menjadi satu-satunya warisan yang dipelihara sampai saat ini.

Marketwatch melaporkan bahwa di tahun 2017, keuntungan Hermes mencapai 722 juta dolar. Produk yang menyumbang keuntungan terbesar adalah tas. Dua jenis tas Hermes yang tersohor ialah Kelly, tas yang dibuat untuk Grace Kelly; dan Birkin, tas yang dibuat untuk aktris Jane Birkin.

Baik Chanel, LV, maupun Hermes sama-sama berangkat dari produk yang amat berlainan dengan bisnis mereka sekarang. Satu benang merah yang membuat mereka serupa adalah: inovasi dan keberanian untuk membuat produk berbeda. Hasilnya, inovasi yang mungkin nyaris tak pernah terpikirkan sebelumnya, justru malah membuat mereka tumbuh besar hingga hari ini.

2017 Gelar Brand Paling Berpengaruh di Dunia



Michael Burke yang menjadi CEO terbaru di perusahaan Louis Vuitton berhasil mencetak prestasi dengan membawa LV menjadi  brand paling berpengaruh di tahun 2017 menurut Interbrand, sebuah perusahaan konsultan merek dagang ternama di Amerika, Louis Vuitton menjadi brand teratas untuk kategori produk yang paling bernilai dengan performa finansial yang sangat baik. Berbagai data juga menunjukkan bahwa brand ini memang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan konsumen untuk memilih produk.

Tak hanya itu saja, perusahaan Louis Vuitton telah memimpin harga pasar dunia untuk perusahaan kelas fashion premium. Apalagi sejak kemunculan produk tas Kusama Pumpkin Minaudiere yang dijual dengan harga yang sangat melambung tinggi, yakni mencapai US $ 133.400 atau setara dengan Rp. 1,57 miliar. Meskipun mahal dan mewah, tas ini mampu membuat kalangan papan atas rela balapan pre order demi mendapatkan edisi terbatasnya. Hingga saat ini, hanya ada 5 tas serupa yang sudah diproduksi perancangnya, Yayoi Kusama.

Buat kalian yang ingin berburu tas karya Louis Vuitton, sebaiknya langsung membeli dari butik resmi milik perusahaan ini yang sudah ada di beberapa wilayah di Indonesia untuk menghindari produk palsu. Meskipun lebih terkenal sebagai brand yang mengeluarkan tas, Louis Vuitton juga banyak menghadirkan produk sepatu, busana, dan parfum yang tak kalah populer.

Nah, jadi itulah kisah di balik suksesnya brand asal Prancis yang banyak digandrungi kaum sosialita. Dari cerita LV tersebut, bisa disimpulkan bahwa sukses itu dibentuk dan diperjuangkan, bukan sekedar warisan saja. Tinggal bagaimana kalian mau untuk memulainya. (si/nu/ik)

2018 Kompetisi Tidak Sehat.




Pada 2018, pembelian produk mewah Global mencapai US$ 115 miliar. Sepertiga belanja global ada di China. Tingginya permintaan di China juga membuat harga produk menjadi lebih mahal di Negeri Tirai Bambu. Misalnya saja Louise Vuitton, harganya di China bisa 21% lebih mahal daripada harga penjualan rata-rata global.

Namun, tingginya harga sebuah tas Louise Vuitton ini menyebabkan produk menjadi barang yang paling banyak ditargetkan untuk ditiru pada tahun 2018. Louise Vuitton menduduki posisi pertama dari 10 merek mewah yang paling banyak ditiru pada tahun 2018. Di belakangnya ada Gucci, Chanel, Prada, Coach, Burberry, Fendi, Celine, Hermes dan Saint Laurent.

Para ahli menyebut alasan mengapa Louis Vuitton menjadi produk yang paling banyak ditiru adalah karena brand ini tetap sama dari 150 tahun lalu, membuat orang-orang mudah untuk membuat barang palsu yang tidak terlalu jauh dari aslinya. Namun begitu, strategi Louis Vuitton untuk menarik pelanggan sangat kuat, membuatnya terus disukai dan dicari. Louise Vuitton juga terus memasarkan produknya ke berbagai negara di seluruh dunia.

2019 Kesuksesan Sang Maestro Tas Louis Vuitton



Pada tahun 2019, Louise Vuitton mencakup 50,9% dari produk yang paling banyak ditiru di dunia. Sementara Gucci ada di posisi kedua dengan 13,5% bagian, dan selanjutnya ada channel dengan 12,3%. Sisanya, sebanyak 23,4% dipegang oleh merek lainnya.

Demikian Kisah Sukses Louis Vuitton Pembuat Tas Kelas Dunia yang pernah menjadi Tunawisma dan Hidup Miskin.

Semoga Bermanfaat

Post a Comment

0 Comments